Monday, June 16, 2008

Kekuatan Sedekah

Dengan langkah gontai dan lemas, Mulayadi keluar dari sebuah bank yang terletak di Jalan Dipenogoro Jakarta Pusat, Jumat sore di bulan September 2006. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Pihak bank memintanya untik kooperatif, karena Senin atau Selasa, kantor pelelangan akan menyita seluruh asetnya.

"Jumat itu, saya diminta pihak bank untuk segera kooperatif karena hari Senin atau Selasa akan datang dari kantor pelelangan untuk menyita asset saya. Kantor Pelelangan tersebut akan mencoba menyelesaikan masalah saya dengan konsep dilelang." tutur Mulyadi.

Selai bekerja disuatu perusahaan, ia juga membuka usaha sendiri. Posisi terakhir yang dijabatnya adalah Direktur Utama PT Zebra Nusantara, Tbk, perusahaan transportasi terbesar di Surabaya. "Dari kesulitan-kesulitan makro berimbas kepada kesulitan micro, termasuk perusahaan yang saya kelola. Akumulasi kesulitan ini berakibat terancamnya asset-asset yang saya miliki," ujarnya. Nilai asset itu hampir 2 Milyar dan akumulasi hutang hampir 3 Milyar.

Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, pria yang pernah menjabat Direktur Utama PT Steady Safe Tbk, menggunakan kendaraan umum untuk mengantarkannya ke tempat tujuan. Jujur saja, selama ini Mulyadi kemanapun selalu menggunakan sopir. "Akhirnya saya naik Busway, karena itu kendaraan yang saya lihat berlalu lalang. Pertama kali saya naik bis ya itu dari depan Hotel Mandarin menuju Al Azhar. Saya sholat Maghrib disitu dan saya liat & dengar dari publikasi pengurus masjid akan adanya tausiyah di Masjid tsb.

Iapun beriktikaf di Masjid Agung Al Azhar hingga waktu Isya tiba. Setelah shalat Isya berjamaah Mulyadi mengikuti pengajian yang malam itu menampilkan da'i muda Ustadz Yusuf Mansur sebagai penceramah. "Saya terkejut, ketika dalam tausiyah mengatakan, mungkin diantara jamaah yang hadir disini adalah orang yang tidak sama sekali berniat untuk datang ke Al Azhar bahkan mendengar tausiyah dari saya. Tapi, jamaah tersebut saat ini sedang dilanda kesulitan yang luar biasa", ungkap Mulyadi menirukan.

Intinya sang Ustadz mengatakan bagaimana cara mengatasi kesulitan dan mengharapkan pertolongan Allah. Caranya adalah dengan bersedekah, dan lebih utama adalah benda yang paling dicintainya. Tanpa pikir panjang, Mulyadi pun meng-ikhlaskan jam tangan merk Bulgari yang melingkar di tangannya seharga $3000 USD untuk disedekahkan. "Waktu itu, yang paling berharga hanya jam tangan karena di dompet hanya ada uang Rp 110.000. ATM saldonya sudah sangan minim, Kartu Kredit sudah over limit. Waktu itu saya pikir kalau saya sedekahkan Rp 100.000 uang saya tinggal Rp 10.000". Sejenak ada rasa berat . Jam tangan itu memang tipe jam yang diidam-idamkannya sejak dulu. Namun ia segera menepis. Saat di lelang, jam tangan itu dibeli seorang jamaah Masjid Rp 200.000. Ia merasa enteng sepulang dari Masjid. Ia mengaku di puncak kepasrahan tertinggi selama hidupnya. Ia siap untuk menerima keputusan apapun, termasuk hilangnya semua asset yang dimilikinya.

Tak lama kemudian, teleponnya berdering. Jauh sebelum krisis melanda dirinya, ia pernah mengajukan sebuah proposal proyek kepada sebuah lembaga. Suara telepon diseberag sana menanyakan proposalnya dulu, apakah berniat untuk meneruskan atau tidak. "Allah menggerakkan hatinya untuk meng-akomodasi proposal saya", kisahnya penuh suka cita. Senin, hanya berselang dua hari setelah mensedekahkan Jam Bulgarinya, Mulyai diminta datang ke kantor rekannya bersamaan dengan rencana eksekusi lelang. Mereka sepakat untuk kerja sama.

Tak sampai seminggu, ia sudah meneken surat perjanjian kerjasama. Uang muka honorarium segera dikirim ke rekening, begitu kata mereka. Dihari batas terakhir ia harus melunasi hutangnya, ia pergi ke bank. "Subhanallah, sudah ada sejumlah uang yang sangat-sangat cukup untuk menyelesaikan semua kewajiban saya", ia berkisah dengan mata berbinar. Ia tak akan pernah melupakan kisah itu. "Inilah pengalaman batin yang paling berkesan sepanjang hidup saya. Apa yang kita sangka, tak selalu seperti itu yang Allah kehendaki."

Ia pun teringat, boleh jadi keajaiban itu datang karena sebelumnya ia berikhtiar, ber doa tanpa putus, ibadah puasa, Senin-Kamis, Sholat Dhuha setiap hari, itikap di Masjid dan selalu mendoakan orang tua. Mulyadi bersykur Allah memberinya kesulitan hidup, karena itu adalah momentum untuk melihat keperkasaan Allah. Allah meng-intervensi kehidupan manusia selama manusia berada di jalan Allah dan men-ikhtiarkan sesuatu yang benar-benar mengharapkan ridha Allah. Total tidak berkehendak atau tidak tergantung selain Allah. "Jika kita bersedekah, ternyata itu yang mengundang intervensi Allah lebih cepat lagi".

*) Sumber Harian Republika dalam Dialog Jum'at
**) http://www.purdiechandra.net

No comments: